Powered By Blogger

Jumat, 07 Desember 2012

CIRI dan MAKNA KATA DASAR



BAB I
PENDAHULUAN
 1.      Latar Belakang Masalah
Berdasarkan bentuknya kata dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar bagi bentukan kata yang lebih kompleks. Sebagai contoh kata duduk dapat dipakai sebagai dasar untuk membentuk kata menduduki dan mendudukan. Begitu pula kata temu dapat dipakai sebagai dasar untuk kata bertemu, menemui, menemukan dan sebagainya. Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas, tanpa mengalami proses morfologis apa pun sudah mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna fratikal dalam kalimat, seperti kata duduk. Namun ketika itu lebih lazim disebut sebagai kata dasar bebas. Kata turunan pada dasarnya merupakan kata yang dibentuk melalui proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi) pengulangan (reduplikasi) atau pemajemukan (komposisi).
2.      Permasalahan

Permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah ciri bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia ?
  2. Bagaimanakah ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia ?
  3. Bagaimanakah proses morfologis kata ulang berafiks dalam bahasa Indonesia ?
3.      Landasan Teori
Bentuk kata ulang (reduplikasi) ada tiga yaitu reduplikasi fonologis, morfemis, dan reduplikasi sintaksis. Ia juga mengemukakan ada tiga macam reduplikasi yang lain diantaranya dwipurwa, dwilingga, dan dwilingga salin swara, dwiwasana, dan trilingga (Kridalaksana, 2007).
Sementara Abdul Chaer (2007), menyatakan bahwa proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula yang bersifat derivasional. Di samping itu, ia mengembangkan banyak catatan mengenai reduplikasi dalam bahasa Indonesia.
Menurut Verhaar (2006), reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagai dari bentuk dasar tersebut (biasa disebut reduplikasi penuh dan reduplikasi persial).
Ada enam pembagian bentuk reduplikasi Tata bahasamenurut baku bahasa Indonesia. Sedangkan Depdiknas pada buku “Morfologi bahasa Indonesia” yang menghimpun sebagian besar pandangan pada pakar bahasa Indonesia (linguistik) tentang kata ulang : bentuk, ciri, proses morfologis, kata ulang berafiks, dan ciri makna. Penulis berpedoman pada pandangan ini karena relatif komprehensif dan mudah dirujuk sebagai bahan analisis.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Ciri bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia
1.1.    Jenis-jenis Reduplikasi
Bentuk reduplikasi menurut Harimurti Kridalaksana (2007) digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1)   Reduplikasi Fonologis
Dalam reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena  hanya bersifat fonologis, artinya tidak ada pengulangan leksem. Misal :
  1. Anak itu memiliki pipi yang bagus.
  2. Walaupun terlihat kecil, tapi dada-nya bidang.
  3. Siswa kelas IX B SMP 3 Malangbong meraih juara satu lomba renang gaya dada se-Kota Tasikmalaya.
  4. Sejak kecil anak pertama Bapak Samsul Hadi suka makan onde-onde.
Reduplikasi morfemis
Kridalaksana (2007) menyatakan bahwa dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatika atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata. Dengan demikian, ada reduplikasi pembentuk verba, ajektiva, nomina, pronomina, adverbia, interogativa, dan numeralia. Misal :
  1. Mahasiswa baru sudah mulai beres-beres semua barang yang akan dibawa ke kampus. (Reduplikasi pembentuk verba)
  2. Kelima anak perempuan Pak Ahmadi cantik-cantik dan sehat-sehat selalu. (Reduplikasi pembentuk ajektiva).
  3. Akibat angin beliung yang melanda Kota Bandung, pohon-pohon di sepanjang Jalan Cendrawasih tumbang memenuhi jalan. (Reduplikasi pembentuk nomina).
  4. Sebagai anak kos, kami-kami ini suka makan di warung kaki lima di Jalan Gejayan Mrican. (Reduplikasi pembentuk pronomina).
  5. Pagi-pagi anak ketiga saya sudah minta sarapan bubur ayam.(Reduplikasi pembentuk adverbia)
  6. Apa-apaan mengundang kami ke tempat seperti ini ?. (Reduplikasi pembentuk interogativa).
  7. Beratus-ratus calon penumpang sedang berdesak-desakan di loket Stasiun Kutoarjo. (Reduplikasi pembentuk numeralia).
3)   Reduplikasi sintaktis
Reduplikasi sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa, jadi berada di luar cakupan morfologis. (Kridalaksana, 2007). Misal :
  1. Panas-panas, diminumnya juga teh yang baru saja dibuat oleh ibunya.
  2. Jauh-jauh, didatangi juga rumah sahabat yang baru terkena banjir beberapa waktu lalu.
  3. Asam-asam, dimakannya juga mangga muda yang baru jatuh dari pohonnya.
Selain itu, berdasarkan gejalanya reduplikasi  dapat digolongkan menjadi lima jenis , yaitu :
Dwipurwa
Dwipurwa adalah pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Misal :
  1. Sunardi salah seorang tetangga depan rumahku yang suka musik dangdut.
  2. Ia seorang lelaki yang selalu berpenampilan seperti perempuan.
  3. Para tetamu berdatangan pada acara syukuran pernikahan Andi waktu itu.
  4. Sudah seharusnya sesama manusia saling menghormati dan menghargai.
  5. Dwilingga
Dwilingga adalah pengulangan leksem secara utuh. Misal :
  1. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu terlihat bersih dan rapi
  2. Kami sekeluarga makan-makan di restoran Parang Tritis.
  3. Dia selalu datang pagi-pagi.
    1. Buku-buku ini adalah literatur kami dalam menyelesaikan makalah akhir.
    2. Dwilingga salin swara
Dwilingga salin swara adalah pengulangan leksem dengan variasi fonem. Misal :
  1. Dia  mondar-mandir saja dari tadi seperti orang bingung.
  2. Kami berlari pontang-panting karena dikejar anjing galak.
  3. Setiap minggu saya bolak-balik Garut-Yogyakarta karena sedang kuliah sertifikasi.
  4. Coret-coret di dinding tembok pada tempat umum menurut para ahli adalah tindakan orang yang sakit jiwa.
  5. Dwiwasana
Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contoh :
  1. Hadirin yang berbahagia, pertama-tama marilah kita panjatkan…………..
  2. Dengan perlahan-lahan dia membuka pintu agar tidak terdengar oleh orang tuanya .
  3. Sekali-kali terlihat dia menyeka peluh di wajahnya.
  4. Kami bersama-sama mengerjakan tugas Reduplikasi di rumah Jojon.
  5. Trilingga
Trilingga merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Misal :
  1. Kami selalu berusaha cas-cis-cus dalam bahasa Inggris ketika sedang kursus bahasa.
  2. Hati Niyala mendadak dag-dig-dug ketika Faik menyatakan akan menikahinya.
  3. Bunyi ngak-ngek-ngok yang terdengar ternyata berasal dari adaptor komputer yang ada di kamar belakang.
  4. Dar-der-dor suara senapan terdengar di lapangan latihan menembak.
(Kridalaksana, 2007)
2.   Ciri bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia
(1)    Berupa morfem dasar, Contoh :
  1. Meja-meja yang ada di kelas sudah tertata rapi. (meja-meja terbentuk dari morfem meja).
  2. Saya suka belajar bahasa Indonesia bersama anak-anak. (anak-anak berasal dari morfem anak).
(2)    Berupa kata  berimbuhan, Contoh :
  1. Proyek yang sedang dilaksanakan tidak perlu perbaikan-perbaikan yang mendasar. (perbaikan-perbaikan berasal dari kata perbaikan).
  2. Sudah tidak ada lagi pembangunan-pembangunan di daerah Timor Timur setelah lepas dari Negara Kesatuan republik Indonesia. (pembangunan-pembangunan berasal dari kata pembangunan).
(3)    Berupa gabungan kata, Contoh :
  1. Di hari libur kemarin surat kabar-surat kabar menyuguhkan laporan tentang minat masyarakat terhadap film Ayat-ayat Cinta. (surat kabar-surat kabar dapat juga ditulis surat-surat kabar berasal dari kata gabung surat dan kabar).
  2. Tanda tangan-tanda tangan yang dibubuhkan pada kain berukuran besar itu menjadi saksi protes kaum buruh pada pemerintah.(tanda tangan-tanda tangan berasal dari kata gabung tanda dan tangan).
(4)    Berupa reduplikasi yang disertai afiks, Contoh :
  1. Pencuri kabel listrik tertangkap petugas, dan terbukti mengumpulkan bermeter-meter kabel milik PLN.
  2. Nelayan di Kota Probolinggo berhasil menangkap berton-ton ikan yang akan dikirimkan ke Surabaya.
(5)    Reduplikasi bersifat paradigmatis dan derivasional
Paradigmatis artinya memberi makna jamak atau kevariasian. Contoh :
  1. Saya sudah mengenal mereka-mereka yang memiliki komitmen di sekolah ini.
  2. Kita-kita harus mampu bekerja sama dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
2.      Ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia
Perulangan suatu kata, baik kata dasar maupun gabungan kata akan menghasilkan makna atau arti tertentu. (Gorys Keraf, 1980: 120).  Makna-makna tersebut adalah sebagai berikut.
2.1   Bermakna banyak tak tentu
  1. Kuda-kuda yang berada di lautan rumput itu dikejar-kejar oleh singa-singa yang siap menerkamnya.
  2. Guru menegur siswanya yang baru saja membuat buku-buku di perpustakaan berserakan.
2.2   Bermakna bermacam-macam
  1.    Di hutan Madiun masih terdapat pohon-pohonan yang masih belum diketahui namanya. (pohon-pohonan bermakna bermacam-macam pohon).
  2. Tidaklah sulit menemukan buah-buahan di kota yang jauh dari kebun buah. (buah-buahan bermakna bermacam-macam buah).
2.3    Bermakna menyerupai atau tiruan dari sesuatu
  1. Anak kesayangannya dibelikan ayah anak-anakan yang cantik. (anak-anakan bermakna menyerupai anak).
  2. Langit-langit rumah ini sudah dibersihkan pada hari Minggu yang lalu. (langit-langit bermakna menyerupai langit).
2.4    Bermakna agak, melemahkan arti
  1. Setelah dua tahun di Amerikan, Juhariyah bertingkah kebarat-baratan. (kebaratan-baratan agak seperti orang barat).
  2. Janganlah kekanak-kanakan ketika berada di tengah-tengah temanmu di SMA! (kekanak-kanakan bermakna agak seperti anak).
2.5   Menyatakan intensitas, mengenai kualitas, kuantitas, maupun frekuensi
  1. Belajarlah segiat-giatnya selagi masih ada waktu untuk menghadapi Ujian Nasional! (intensitas kualitatif).
  2. Kuda-kuda sudah disiapkan untuk mengikuti pacuan kuda di lapangan Brawijaya Kediri. (intensitas kuantitatif).
  3. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat ditanya oleh asesor sertifikasi guru. (intensitas frekuensi).
2.6    Bermakna saling, pekerjaan yang berbalasan
  1. Begitu terjadi pertemuan, keduanya bersalam-salaman melepas kerinduan. (saling bersalaman).
  2. Di kampung ini arganya sudah tolong-menolong dalam hal kebaikan. (saling menolong).
2.7  Bermakna kolektif
  1. Masuklah ke ruang ujian lima-lima saja! (lima demi lima)
  2. Berikan kue ini kepada temanmu tiga-tiga. (kolektif berjumlah tiga)
3.      Proses Morfologis kata ulang berafiks
Urutan proses reduplikasi tidak selalu sederhana, kecuali dalam hal dwilingga yang tidak begitu ruwet, karena hanya mengulang morfem dasar saja. Pada bentuk ulang yang lain, proses reduplikasi atau proses pengulangannya tidak selalu terjadi pertama kali, tetapi banyak kemungkinan bahwa terjadi afiksasi terlebih dahulu, baru kemudian terjadi pengulangan.
Di bawah ini contoh-contoh urutan proses terjadinya reduplikasi (urutan proses diterangkan dengan angka Arab) :
rumah-rumah               : 1. reduplikasi                         : rumah-rumah
berjalan-jalan               : 1. prefiksasi                           : berjalan
2. reduplikasi
(dwiwasana)                      : berjalan-jalan
berbatu-batu                :  1. prefiksasi                          : berbatu
2reduplikasi
(dwiwasana)                     : berbatu-batu
sekali-kali                    : 1. prefiksasi                           : sekali
2. reduplikasi
(dwiwasana)                       : sekali-kali
pencuri-pencuri           : 1. prefiksasi                          : berjalan
2. reduplikasi                        : pencurian-pencurian
aturan-aturan               : 1. sufiksasi                           : aturan
2. reduplikasi                        : aturan-aturan
telapak-telapak            : 1. infiksasi                            : telapak
2. reduplikasi                        : telapak-telapak
pencurian-pencurian    : 1. konfiksasi                         : pencurian
2. reduplikasi                        : pencurian-prncurian
secepat-cepatnya         : 1. reduplikasasi                    : cepat-cepat
2. konfiksasi                         : secepat-cepatnya
membagi-bagikan        : 1. prefiksasi                          : membagi
2. reduplikasi                        : membagi-bagi
3. sufiksasi                           : membagi-bagikan
tumbuh-tumbuhan       : 1. sufiksasi + an                   : tumbuhan
2. reduplikasi
regresif                             : tumbuh-tumbuhan
anak-anakan                : 1. sufiksasi + an                   : anak
2. reduplikasi
regresif                             : anak-anakan
berpura-pura                : 1. reduplikasasi                    : pura-pura
2. prefiksasi                          : berpura-pura
gunung-gemunung      : 1. reduplikasasi                    : gunung-gunung
2. infiksasi                            : gunung-gemunung
tali-temali                    : 1. reduplikasasi                    : tali-tali
2. infiksasi                            : tali-temali
keragu-raguan             : 1. reduplikasasi                    : ragu-ragu
2. konfiksasi                         : keragu-raguan
parpol-parpol               : 1. pemendekan                     : parpol
2. reduplikasi                        : parpol-parpol
mata air-amat air         : 1. komposisi                         : mata air
2. reduplikasasi                    : mata air-mata air
memindah-mindahkan : 1. afiksasi                             : memindahkan
2. reduplikasi                         : memindah-mindahkan
(pindah > pindahkan >      memindahkan > memindah mindahkan)
Pada contoh diatas, sebagian besar proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan, atau sesuai dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi progresif. Sebagaimana dalam tumbuh-tumbuhan dan anak-anakan di atas, dalam contoh berikut, prosesnya berlawanan.
tembak-menembak      : 1. prefiksasi                          : menembak
2. reduplikasi regresif           : tembak-menembak
pukul-memukul           : 1. prefiksasi
2. reduplikasi regresif           : pukul-memukul

DESKRIPSI KATA ULANG DARI NOVEL
Judul                           : Pudarnya Pesona Cleopatra
Pengarang                   : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                       : Republika
Tahun                          : 2008
Cetakan ke                  : tujuh belas
Jumlah halaman           : 111
1.   Teks ke-1 ( Halaman 3 paragraf ke-1)
“ ……………… Kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan aku tidak tahu alasannya………………………”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi kecemasan-kecemasan adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk ajektifa.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Lingga/ Pengulangan secara utuh
Ciri makna adalah reduplikasi menyatakan intensitas mengenai kuantitas, kualitas maupun frekuensi.
2.   Teks ke-2 ( Halaman 12 paragraf ke-6)
“ ……………… “Maukah kau berkenalan dengannya?” Kata Cleopatra yang membuat hatiku berbunga-bunga. ………………………”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi berbunga-bunga adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk verba.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Wasana
Ciri makna adalah reduplikasi menyatakan intensitas kualitas
3.   Teks ke-3 ( Halaman 16 paragraf ke-1)
“ ……………… Rasa tidak suka itu semakin menjadi-jadi. ………………………”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi menjadi-jadi adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk nomina.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi reduplikasi Dwi Wasana
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna semakin
4.   Teks ke-4 ( Halaman 16 paragraf ke-1)
“ ……………… Aku merasa lebih nyaman tidur bersama buku-buku di ruang komputerku…………….”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi buku-buku adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk nomina.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi Dwi Lingga/ Pengulangan secara utuh
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu
5.   Teks ke-5 ( Halaman 17 paragraf ke-1)
“ …………………………………. Seenak-enaknya durian kalau ada orang tidak suka ya tetap tidak suka ……………………………….”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi seenak-enaknya adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk ajektifa.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi konfiks
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu
6.   Teks ke-6 ( Halaman 37 paragraf ke-2)
“ ……………… Yasmin dan keluarganya mati-matian  tidak memperbolehkan. ………………………”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi mati-matian adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk verba.
Berdasarkan gejalanya termasuk reduplikasi sufiksasi
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna sungguh-sungguh (intensif’)
7.   Teks ke-7 ( Halaman 44 paragraf ke-8)
“ ………………Rinduku padanya menggelegak-gelegak………………………”
Pembahasan :
Ciri bentuk reduplikasi menggelegak-gelegak adalah sebagai reduplikasi morfemis dan reduplikasi pembentuk verba.
Berdasarkan prosesnya adalah infiksasi gelegak, konfiksasi menggelegak dan redulikasi menggelegak-gelegak
Ciri makna adalah reduplikasi bermakna banyak tak tentu















BAB III
KESIMPULAN

  1. Berdasarkan bentuknya kata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata turunan.
  2. Kata dasar ialah kata yang menjadi dasar bagi bentukan kata yang lebih kompleks. Kata turunan merupakan kata yang dibentuk melalui transposisi, pengimbuhan (afiksasi) pengulangan (reduplikasi) atau pemajemukan (komposisi).
  3. Reduplikasi merupakan suatu pengulangan kata dasar, baik keseluruhan maupun sebagian, beik berkombinasi dengan afiks, maupun tidak baik dengan perubahan maupun tidak.














DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat PLP.
Keraf, Gorys.1980. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

.


Kamis, 06 Desember 2012

MTK



PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL
PER SETANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

Satuan Pendidikn                     : SMA YANITAS
Mata Pelajaran                         : MATEMATIKA (IPA)
Kelas/Semester                         : XI/1
Tahun Pelajaran                       : 2012-2013
No
Setandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Penetapan Ketuntasan
Kompleksitas
Daya dukung
Intake
Nilai KKM (%)
1
Setandar Kompetensi:
1.     Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar:
1.1  Membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan ogive.
1.2  Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan ogive serta penafsirannya.
1.3  Menghitung ukuran pemusatan, ukuran letak, dan ukuran penyebaran data, serta menafsirkannya.
1.4  Menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah.
1.5  Menentukan ruang sasmpel suatu percobaan.
1.6  Menentukan peluang suatu kejadian dan penafsirannya.




2
Setandar Kompetensi:
2.     Menurunkan rumus trigonometri dan penggunaannya.
Kompetensi Dasar:
2.1  Menggunakan rumus sinus dan kosinus jumlah dua sudut, selisih dua sudut, dan sudut ganda untuk menghitung sinus dan kosinus sudut tertentu.
2.2  Menurunkan rumus jumlah dan selisih sinus dan kosinus.
2.3  Menggunakan rumus jumlah dan selisih sinus dan kosinus





3
Setandar Kompetensi:
3.     Menyusun persamaan lingkaran dan garis singgungnya.
Kompetensi Dasar:
3.1  Menyusun persamaan lingkaran yang memenuhi persyaratan yang ditentukan.
3.2  Menentukan persamaan garis singgung pada lingkaran dalam berbagai situasi.




Catatan: Poin kriteria penetapan ketuntasan diisi guru masing-masing sesuai KKM yang akan dicapai di tingkatkan sekolahnya.


                    Mengetahui                                                                                                           Pelembang,           Agustus  2012
Kepala Sekolah SMA YANITAS                                                                                            Guru Mata Pelajaran Matematika,




M. IBADI, S.Pd                                                                                                                          Dra. Roza Novel Melta
NIP.                                                                                                                                             NIP.